-->

Notification

×

Indeks Berita

RSUD dr. R. Soedarsono: Di Balik Klarifikasi yang Tak Menjawab Luka Publik.

1 Des 2025 | Desember 01, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-01T08:30:16Z


Smashnews, Kota Pasuruan - Kisruh pelayanan di RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan kembali memantik reaksi publik setelah keluhan soal ketersediaan obat dan alat medis mencuat di media sosial. Informasi itu memancing gelombang kemarahan warga, sementara pihak rumah sakit memberikan penjelasan yang justru semakin ramai diperdebatkan.


Berdasarkan penelusuran internal yang disampaikan pihak rumah sakit, hambatan terjadi lantaran pengiriman obat dan bahan medis habis pakai tersendat di jalur distribusi, sehingga beberapa item tidak tiba sesuai jadwal. Namun, publik menilai persoalan ini tak semata masalah logistik melainkan sistem yang tidak gesit menanggapi kebutuhan layanan.


Situasi menjadi lebih kompleks setelah terungkap bahwa proses pembelian obat di RSUD menggunakan sistem V6, sebuah mekanisme pengadaan berbasis platform yang mewajibkan verifikasi berlapis. Sistem ini sering dipuji sebagai langkah transparansi, namun di lapangan kerap dituding memicu keterlambatan karena proses validasi yang tidak selalu berjalan cepat.


Sementara itu, isu mengenai infus pasien anak yang disebut tidak dipasang kembali dibantah tegas oleh rumah sakit. Menurut pihak medis, tindakan tersebut bukan karena stok infus habis, melainkan karena pasien sudah menjelang pulang sehingga terapi cukup melalui injeksi sesuai keputusan dokter.


Meski penjelasan diberikan, kritik publik masih mengalir. Banyak yang mempertanyakan mengapa hambatan logistik dan mekanisme sistem pengadaan seperti V6 tidak diantisipasi lebih dini, mengingat rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan vital yang menuntut pasokan stabil tanpa jeda.


Dya Lucyana, Humas RSUD dr. R. Soedarsono, merespons derasnya kritik dengan pernyataan yang menegaskan bahwa persoalan ini bukan sesuatu yang patut dibesar-besarkan.


“Keterlambatan itu karena pergeseran anggaran dan sistem pembelian obat kami menggunakan V6, jadi ada proses yang harus dilewati. Itu pun hanya dua minggu. Kenapa dibesar-besarkan? Seharusnya pemberitaan itu berimbang, ada konfirmasi dulu,” ujar Dya Lucyana.


Meskipun begitu, rumah sakit mengaku telah melakukan beberapa langkah perbaikan, seperti mempercepat koordinasi dengan penyedia, menyesuaikan jadwal distribusi internal, serta menggunakan stok cadangan untuk memastikan layanan tidak terhenti.


Namun di tengah semua penjelasan itu, publik menilai ada hal yang lebih penting daripada sekadar teknis: transparansi, kesiapan, dan kecepatan respon dalam menghadapi gangguan pasokan. Bagi warga, kelalaian sekecil apa pun dalam layanan kesehatan bukan perkara sepele.


Kasus ini kini menjadi sorotan luas, tidak hanya soal stok obat, tetapi juga soal bagaimana manajemen rumah sakit mengelola sistem, merespons kritik, dan membangun kembali kepercayaan masyarakat yang terlanjur goyah.


(Red)
×
Berita Terbaru Update