Gunung Semeru. Foto: doc |
Lumajang - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menurunkan status Gunung Semeru dari level 3 (siaga) menjadi level 2 (waspada) setelah melakukan evaluasi dan analisis secara menyeluruh terkait aktivitas vulkanik gunung tersebut.
Seiring penurunan status Gunung Semeru pendakian Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu siap-siap dibuka kembali.
Dijelaskan Kabid Wilayah 2 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Decky, pihaknya saat ini sedang mempersiapkan pembukaan jalur pendakian, termasuk juga sistem booking online dan tim saver.
"Dengan penurunan status Gunung Semeru itu, kami masih mempersiapkan segala sesuatunya untuk pembukaan kembali pendakian Gunung Semeru," ujarnya, dikutip dari detik jatim Sabtu (20/7/2024).
Decky lalu menambahkan, TNBTS saat ini sedang berkonsolidasi dengan sejumlah pihak terkait pembukaan jalur pendakian tersebut. Baik dengan paguyuban porter, Bumdes, juga paguyuban pedagang.
Masih katanya, dalam waktu dekat TNBTS juga akan menggelar rapat dengan sejumlah instansi terkait untuk persiapan pembukaan jalur pendakian Gunung Semeru.
"Kami juga akan menggelar rapat dengan sejumlah instansi untuk persiapan pembukaan jalur pendakian gunung Semeru," pungkas Decky.
Sebelumnya, PVMBG Badan Geologi menurunkan status Gunung Semeru ini tertuang dalam surat nomor 968. Lap/GL.03/BGV/2024 yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Priatin Hadi Wijaya.
"Berdasarkan analisis dan evaluasi menyeluruh hingga 14 Juli 2024, maka tingkat aktivitas G. Semeru terhitung dari tanggal 15 Juli 2024 pukul 15:00 WIB diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada)," demikian bunyi surat tertulis PVMBG.
Meski turun status, PVMBG tetap mengeluarkan rekomendasi sesuai potensi maupun ancaman bahaya terkini. Berikut ini sejumlah rekomendasi untuk masyarakat maupun wisatawan seiring penurunan status Gunung Semeru menjadi Level II (Siaga).
1. Masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
2. Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 3 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
3. Masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
4. Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi G. Semeru melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore atau melalui website https://magma esdm.go id, https://vsi.esdm.go.id/ dan http"//geologi.esdm.go.id.
5. Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di daerah Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
PVMBG menyatakan, tingkat aktivitas Gunung Semeru ini akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan.
Namun demikian, lembaga dibawah Badan Geologi itu juga menyatakan bahwa aktivitas dan rekomendasi Gunung Semeru ini tetap berlaku selama surat atau laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan. (*/red)